Dalam rangka meningkatkan kinerja Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, maka disusun strategi sebagai berikut:
A. | Kinerja Saat Ini | |
| 1. | Peningkatan Kinerja Bappeda Kab. Garut | |
| | Peningkatan Kualitas Data Perencanaan Pembangunan Daerah | |
| | Permasalahan: | |
| | • | Data belum berkualitas, belum memenuhi standar, dan tidak ada metadata; | |
| | • | Sistem database sektoral yang belum terpadu; | |
| | • | Data sulit diakses dan tidak terintegrasi; | |
| | • | Ketidakjelasan Unit Pengelola Data; | |
| | | | |
| | Solusi: | |
| | • | Tata Kelola dalam kerangka satu data: kelembagaan, standar, metadata, dapat dibagi pakai (interoperabilitas), regulasi, dan teknologi. | |
| | • | Kolaborasi: Dinas Komunikasi dan Informatika Kab. Garut, Badan Pusat Statistik Kab. Garut, Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jawa Barat, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri. | |
| | • | Data Berkualitas: mewujudkan perencanaan pembangunan berbasis fakta (evidence-based planning), penganggaran pembangunan berbasis kinerja (performance-based budgeting), serta mewujudkan pembangunan berkualitas dan pencapaian tujuan pembangunan. | |
| | | | |
| 2. | Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan | |
| | Melalui pendekatan substansi: | |
| | • | Tematik: fokus perencanaan yang didetailkan sampai dengan Program Prioritas; | |
| | • | Holistik: pendekatan menyeluruh dan komprehensif (hulu → hilir); | |
| | • | Integratif: integrasi dalam “siapa berbuat apa” dan integrasi sumber pendanaan (APBD, APBD Provinsi, DAK, CSR, masyarakat, dll); | |
| | • | Spasial: keterkaitan fungsi lokasi dari berbagai kegiatan yang terintegrasi; | |
B. | Peran Strategis Bappeda Kab. Garut Ke Depan Sebagai Sistem Integrator di Tingkat Daerah | |
| 1. | Koordinator proses perencanaan pembangunan di daerah (penyusunan, pengendalian, dan evaluasi), serta koordinator penyelenggaraan program dana mengawal siklus pembangunan daerah; | |
| 2. | Agen perubahan pembangunan yang secara efektif menangkap berbagai isu strategis, serta mengidentifikasi permasalahan, potensi, dan kebutuhan yang ada di masyarakat (khususnya tuntutan perubahan peran era reformasi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017); | |
| 3. | Simpul utama pembangunan daerah terutama yang berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat (pemerataan) maupun pengembangan ekonomi lokal (pertumbuhan); | |
| 4. | Jembatan serta penyelaras antar sektor, antar tingkatan pemerintahan daerah maupun pelaku pembangunan; | |
| 5. | Resource mobilizer dalam proses pembangunan di daerah, yang memungkinkan meningkatnya kinerja para pelaku pembangunan maupun pelayanan publik di daerah. | |
C. | Pemanfaatan Pohon Kinerja sebagai Kerangka Logis Penataan Kinerja SKPD Terhadap Kinerja Daerah | |
| | |
| Cascading dibuat berdasarkan kondisi saat ini (existing) yang menggambarkan kinerja, struktur organisasi dan program/kegiatan sekarang. | |
| Langkah perbaikan kinerja: | |
| • | Identifikasi dan perbaikan atas rumusan tujuan/sasaran SKPD yang masih tidak berorientasi hasil serta ukuran kinerjanya yang masih tidak jelas. | |
| • | Identifikasi dan perbaikan atas program dan kegiatan yang tidak memiliki keterkaitan dengan sasaran yang telah ditetapkan. | |
| • | Identifikasi dan perbaikan rincian kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud kegiatan. | |
| | | |
| Pemanfaatan awal perbaikan: | |
| • | Seleksi kegiatan yang tidak relevan | |
| • | Alternatif kegiatan baru yang lebih relevan | |
| • | Refokusing program | |
| • | Koordinasi dan kolaborasi untuk crosscutting | |
| • | Rekalkulasi anggaran | |
| • | Efisiensi dan efektivitas anggaran | |
| | | |
| Pemanfaatan lanjutan: | |
| | Penyusunan matriks peran-hasil dalam penetapan kinerja individu melalui dialog kinerja antara atasan dengan bawahan, untuk penyelarasan kinerja (cascading) atau menentukan strategi pencapaian kinerja (menghubungkan kinerja individu dengan kinerja organisasi hasil pohon kinerja). | |
D. | Menjalankan fungsi sebagai “manajer kinerja”, yakni: | |
| 1. | Merancang strategi untuk mewujudkan target kinerja yang disepakati; | |
| 2. | Mendukung tercapainya target kinerja jangka menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan; | |
| 3. | Bertanggungjawab terhadap keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja; | |
| 4. | Melakukan supervisi terhadap capaian kinerja melalui dialog kinerja; | |
| 5. | Mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi. | |